Selama kita mengaku diri kita sebagai manusia, maka kita tidak akan pernah lepas dari kesalahan dalam hidup di masyarakat. Ketika kita berbuat kesalahan kepada orang lain, maka kewajiban kita adalah meminta maaf dan ampunan. Jika orang itu memberikan maaf dan ampunan, maka kita benar-benar terbebas dari dosa. Sebaliknya , jika orang itu tidak mau memberikan maaf dan ampunan, kecenderungan kita merasa kesediahan dalam hati karena dosa dan kesalahan masih menghantui pikiran kita. Namun, mestinya kita tidak perlu sedih, sebab kewajiban orang salah hanyalah meminta maaf dan ampunan. Sedangkan memberikan maaf dan ampunan adalah kewajiban orang lain kepada orang yang memintanya. Memang, memberikan maaf dan ampunan kepada orang lain tidaklah mudah bagi manusia terlebih lagi bagi mereka yang merasa sakit hati dan dendam.
Sulitkah Meminta dan Memberi Maaf...!!
Tapi kita harus mawas diri, pada saat kita dilahirkan sebagai seorang bayi, kita tidak memiliki dosa dan dendam dalam hati. Betapa indah hati manusia jika dia terlepas dari dosa dan dendam. Sebaliknya betapa celakanya manusia jika hatinya dipenuhi dengan dosa dan dendam kepada orang lain.
Kita akan merasakan beban dalam hati ketika berbuat kesalahan kepada orang lain. Sebab itu tindakan meminta maaf dan ampunan dari orang lain relatif mudah dilakukan oleh manusia. Sementara itu, tindakan memaafkan dan mengampuni terasa sulit dalam diri manusia terlebih bagi yang memiliki dendam di dalamnya. Sebab itu, Allah memerintahkan orang mukmin untuk memberikan maaf dan ampunan seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an :
... Jika manusia tidak bisa memaafkan kepada manusia lain, maka bisa dipastikan hubungan silaturahmi itu akan putus dengan sebab dendam...
“Maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka sesungguhnya Allah menyukai orang orang yang berbuat baik.”
Ketika seseorang meminta kita untuk memaafkan dan mengampuni, maka kita seharusnya memaafkan dan mengampuninya. Janganlah kita tetap bersikukuh untuk tidak memaafkan dan mengampuninya karena jika kita berbuat demikian itu maka hati kita masih penuh dengan dendam. Jadi, jika orang diminta untuk memaafkan dan mengampuni kesalahan orang lain dan ia tidak mau melakukannya, maka celakalah dirinya itu sebab hatinya penuh dengan dendam.
Padahal Allah tidak senang memandang hati penuh dengan dendam. Bahkan Allah SWT murka pda hati sebab tidak memaafkan dan mengampuni orang lain. Jika kita membandingkan antara kesalahan manunisa kepada Allah dan kesalahanya kepada manusia lain, maka kesalahannya kepada Allah tentu lebih besar daripada kesalahannya kepada manusia lain. Meski begitu Allah tetap mau memaafkan dan mengampuni kesalahan manusia. Disini kita tahu bahwa sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak memaafkan dan mengampuni kesalahan orang lain.
Jika kita merujuk pada penjelasan Al-Ghazali, maka konsekuensi tindakan mengampuni atas kesalahan orang lain adalah menutupi kesalahan kesalahan itu dan tidak menceritakannya kepada siapapun. Maksudnya, jika kita mengampuni kesalahan orang lai, maka kita tidak perlu menceritakan kesalahan itu di hadapan orang lain. Dengan begitu orang yang meminta ampunan dari kita akan merasakan kebaikan luar biasa.
Sedangkan kensekuensi dari tindakan memaafkan atas kesalahan orang lain adalah menghapus dendam itu dari hati. Jika kita telah memaafkan kesalahan orang lain tapi hati kita tetap penuh dengan dendam, maka hati kita tetap penuh dengan dendam, maka sesungguhnya kita belum benar-benar memaafkan kesalahan itu. Jika manusia tidak bisa memaafkan kepada manusia lain, maka bisa dipastikan hubungan silaturahmi itu akan putus dengan sebab dendam.
Semoga ulasan singkat ini dapat memberi kemanfaatan bagi kita semua. Dan semoga kita menjadi insan-insan yang senang meminta maaf dan senang pula memberi maaf.
Amin ya robbal alamiin..!!
Lentera hati Jeng Ana
Image :
~ http://khazanahislamku.blogspot[dot]com/2013/07/doa-memohon-segala-ampunan.html
~ http://cyberdakwah[dot]com/2013/04/ampunan-allah-masih-bergantung-pada-ampunan-hamba-nya/
(o)
BalasHapus