Saat kita lupa kepada Allah, maka Allah akan membuat kita lupa kepada diri kita sendiri. "Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri kita sendiri.." (Firman Allah Al Hasyr 59)
Menyelami Makna/Arti Tujuan Hidup
Kesedihan, ujian dan tantangan itu sesungguhnya adalah agar hidup kita seru dan menjadi penuh warna. Bencana-bencana dan kesulitan adalah sebuah sentuhan untuk mengingatkan kitan tentang sebuah tujuan akhir yang seharusnya kita lewati. Sementara kewajiban adalah sebuah pengkondisian agar hidup kita yang singkat ini terarah dan menemui kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sering kali dalam kehidupan ini kita mengalami ujian, cobaan, godaan, dan beraneka ragam kerikil serta onak duri. sering kali juga kita gagal melewati semua rintangan yang ada di depan kita. Kadang kita sampai bosan, sekarang mendapat cobaan ini, besok dapat cobaan yang itu, lusa ada lagi godaan datang.
Pertanyaannya :
*Pernahkah anda menghitung sudha berapa hari yang anda lalui dalam hidup ini?
*Pernahkah pula Anda mengingat berapa banyak kesenangan dan kesulitan yang pernah anda hadapi?
Pasti Anda Sulit mengingat semua itu, bukan? Namun yang past, sesekali kita menemukan sebuah 'titik diam', suatu titik dimana jiwa kita seperti bertemu pada sebuah titik jenuh dari kehidupan, laksana awan yang bosan dalam belaian angin yang membuatnya jenuh dan berlarian menuju bumi, kembali menemui sungai, menuruni lembah dan bergabung di lautan. Tapi kemudian panas menguapkannya lagi, menjadi awan dan terbang bersama angin yang tak kenal lelah memangkunya, takkala awan menghitam atau putih atau kuning di senja yang dilewatinya.
Dalam hari yang kita arungi, kadang kita merasa perlu sejenak terhenti dan merenung, bergumam dalam takafur, dan bertanya : Untuk apa hidup ini?, Diamana langkah lelah ini berakhir?, Dimana pula rangkaian ujian ini bermuara?
Meski bibir diam, tapi hati tidak pernah diam. Berkata dan Bertanya. Sering terlintas sebuah nuansa menyerupai iri ; Kenapa diri ini tidak sesempurna mereka yang hidup serba mudah ?
Hampir saja kita mengeluh, atau bahkan jatuh dan pasrah....
Lalu kita menyesali tentang diri yang sering terjatuh dalam kegagalan dan semakin tertinggal, sementara usia terus berkurang dan har-hari tidak pernah kembali.
Itulah hidup yang kita jalani, yang tak akan selamanya bersahabat. Yang tak selamanya akan sejalan dengan rencana-rencana kita. Adalah mudah untuk dipahami, jika kita mau berfikir bahwasanya hidup itu sendiri bukan sebuah tujuan yang harus kita tuntaskan di dunia ini.
Letak keindahan hidup ini terletak dalam keseluruhan proses, buka di akhir sebuah cerita. Jika kita memimpikan sebuah ujung, maka tidak lain ujung dari semua ambisi kita adalah kematian.
Karena itulah kita harus cerdas memaknai hidup dengan "Menghubungkan" segala sesuatu yang terjadi pada diri kita dengan Allah SWT. Dengan begitu hati kita akan lembut dan mudah memahami hidup yang sebenernya.
Jelas, nikmat Allah akan semakin berkurang menjelang kita tua. Mata yang nanar, kulit yang keriput, otot yang melemah, pikiran yang mulai lemah dan menunggu dtik-detik kematian yang mendebarkan. Karena itulah, sesungguhnya suasana hidup ini, adalah saat ini. Saat mata kita masih terang benderang, saat suara kita lantang dan saat ujian demi ujian menerpa seakan ingin menggoyahkan tegaknya bahu kita.
Bayangkan saja, hidup kita itu tanpa proses proses panjang yang melelahkan. kita terlahir kemudian langsung menjadi dewasa dan memahami kehidupan, lalau di beri jodoh dan sehari kemudian menjadi tua dan mati.
Kesedihan, ujian dan tantangan itu sesungguhnya adalah agar hidup kita seru dan menjadi penuh warna. Bencana-bencana dan kesulitan adalah sebuah sentuhan untuk mengingatkan kitan tentang sebuah tujuan akhir yang seharusnya kita lewati. Sementara kewajiban adalah sebuah pengkondisian agar hidup kita yang singkat ini terarah dan menemui kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Saat kita lupa kepada Allah, maka Allah akan membuat kita lupa kepada diri kita sendiri. "Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri kita sendiri.." (Firman Allah Al Hasyr 59)
Sementara ulama bijak bestari mengatakan, "Muslim yang cerdas adalah mereka yang selalu menghubungkan setiap kejadian dalam kehidupannya dengan Allah dan selalu mengingatNya. Hingga hidupnya selamat dan di takuti iblis, hingga Insya Allah akan terhindar dari dosa yang terus menerus".
Marilah kita menjalani hidup ini dengan bantuan Allah, meminta petunjuk hanya kepada Allah meminta bantuan hanya kepada Allah, dan meminta pertolongan hanya kepada Allah. Semoga Anda dapat memetik hikmah dari kajian singkat ini. Amin ya robbal alamiin..
thank, bermanfaat sekali... #jam tangan
BalasHapus