Langsung ke konten utama

Meminta dan Memberi Maaf


Selama kita mengaku diri kita sebagai manusia, maka kita tidak akan pernah lepas dari kesalahan dalam hidup di masyarakat. Ketika kita berbuat kesalahan kepada orang lain, maka kewajiban kita adalah meminta maaf dan ampunan. Jika orang itu memberikan maaf dan ampunan, maka kita benar-benar terbebas dari dosa. Sebaliknya , jika orang itu tidak mau memberikan maaf dan ampunan, kecenderungan kita merasa kesediahan dalam hati karena dosa dan kesalahan masih menghantui pikiran kita. Namun, mestinya kita tidak perlu sedih, sebab kewajiban orang salah hanyalah meminta maaf dan ampunan. Sedangkan memberikan maaf dan ampunan adalah kewajiban orang lain kepada orang yang memintanya. Memang, memberikan maaf dan ampunan kepada orang lain tidaklah mudah bagi manusia terlebih lagi bagi mereka yang merasa sakit hati dan dendam.

Sulitkah Meminta dan Memberi Maaf...!!


Tapi kita harus mawas diri, pada saat kita dilahirkan sebagai seorang bayi, kita tidak memiliki dosa dan dendam dalam hati. Betapa indah hati manusia jika dia terlepas dari dosa dan dendam. Sebaliknya betapa celakanya manusia jika hatinya dipenuhi dengan dosa dan dendam kepada orang lain.

Kita akan merasakan beban dalam hati ketika berbuat kesalahan kepada orang lain. Sebab itu tindakan meminta maaf dan ampunan dari orang lain relatif mudah dilakukan oleh manusia. Sementara itu, tindakan memaafkan dan mengampuni terasa sulit dalam diri manusia terlebih bagi yang memiliki dendam di dalamnya. Sebab itu, Allah memerintahkan orang mukmin untuk memberikan maaf dan ampunan seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an :
... Jika manusia tidak bisa memaafkan kepada manusia lain, maka bisa dipastikan hubungan silaturahmi itu akan putus dengan sebab dendam...
“Maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka sesungguhnya Allah menyukai orang orang yang berbuat baik.”

Ketika seseorang meminta kita untuk memaafkan dan mengampuni, maka kita seharusnya memaafkan dan mengampuninya. Janganlah kita tetap bersikukuh  untuk tidak memaafkan dan mengampuninya karena jika kita berbuat demikian itu maka hati kita masih penuh dengan dendam. Jadi, jika orang diminta untuk memaafkan dan mengampuni kesalahan orang lain dan ia tidak mau melakukannya, maka celakalah dirinya itu sebab hatinya penuh dengan dendam.

Padahal Allah tidak senang memandang  hati penuh dengan dendam. Bahkan Allah SWT murka pda hati sebab tidak memaafkan dan mengampuni orang lain. Jika kita membandingkan antara kesalahan manunisa kepada Allah dan kesalahanya kepada manusia lain, maka kesalahannya kepada Allah tentu lebih besar daripada kesalahannya kepada manusia lain. Meski begitu Allah tetap mau memaafkan dan mengampuni kesalahan manusia. Disini kita tahu bahwa sebenarnya tidak ada alasan untuk  tidak memaafkan dan mengampuni kesalahan orang lain.

Jika kita merujuk pada penjelasan Al-Ghazali, maka konsekuensi tindakan mengampuni atas kesalahan orang lain adalah menutupi kesalahan kesalahan itu dan tidak menceritakannya kepada siapapun. Maksudnya, jika kita mengampuni kesalahan orang lai, maka kita tidak perlu menceritakan kesalahan itu di hadapan orang lain. Dengan begitu orang yang meminta ampunan dari kita akan merasakan kebaikan luar biasa. 

Sedangkan kensekuensi dari tindakan memaafkan atas kesalahan orang lain adalah menghapus dendam itu dari hati. Jika kita telah memaafkan kesalahan orang lain tapi hati kita tetap penuh dengan dendam, maka hati kita tetap penuh dengan dendam, maka sesungguhnya kita belum benar-benar memaafkan kesalahan itu. Jika manusia tidak bisa memaafkan kepada manusia lain, maka bisa dipastikan hubungan silaturahmi itu akan putus dengan sebab dendam.

Semoga ulasan singkat ini dapat memberi kemanfaatan bagi kita semua. Dan semoga kita menjadi insan-insan yang senang meminta maaf dan senang pula memberi maaf. 
Amin ya robbal alamiin..!!



Lentera hati Jeng Ana
Image :
~ http://khazanahislamku.blogspot[dot]com/2013/07/doa-memohon-segala-ampunan.html
~ http://cyberdakwah[dot]com/2013/04/ampunan-allah-masih-bergantung-pada-ampunan-hamba-nya/

Komentar

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan PESAN dan KESAN sahabat setelah membaca Artikel ini >>
1. LINK AKTIF tidak diperbolehkan di komentar ini.
2. Mari berbagi, berdiskusi dengan berkomentar yang efektif dan membangun
3. Berkomentar hari ini, maka hari itu juga saya akan berkunjung ke Blog sahabat

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Huruf Jawa (Hanacaraka)

Makna dan Filsafat Huruf Jawa Ha-Na-Ca-Ra-Ka  berarti ada ” utusan ” yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaan).• Da-Ta-Sa-Wa-La  berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data ” saatnya ( dipanggil ) ” tidak boleh sawala ” mengelak ” manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan. Pa-Dha-Ja-Ya-Nya  berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Ilahi) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok ” tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan ” sekedar menang ” atau menang tidak sportif.• Ma-Ga-Ba-Tha-Nga  berarti menerima segala yang diperintahkan dan

Nafsu Birahi Anak Sekolah

Nafsu Birahi Anak Sekolah (Edukasi) Bila esok itu ada.. tetaplah kau disana.. dihari hari yang kujalani nanti. agar sepertinya kisah ini bukan seperti pelangi.. indah sesaat lalu pergi lagi… Namun setelah saat itu keindahannya tak kutemukan lagi kita semua tahu tak ada badai yang harus di halau,,, tak ada lubang yang harus tertutupi tak ada kekosongan yang harus di isi,,,  Semua sudah jelas tak ada lagi bait-bait yang meski du untai dalam sebuah kisah karena kau, aku dia tahu semua telah berakhir…. Source Ok sahabat, terimakasih sebelumnya sudah mampir di Kradenan . Dengan aktifitas yang sangat padat saya ' admin   berupaya untuk meluangkan sedikit waktunya untuk berbagi. Kali ini mungkin agak berbeda dengan apa yang sebelumnya pernah  ' admin   postingkan. Sudah merupakan bukan rahasia umum lagi dengan kisah-kisah yang tak tabu lagi, yang banyak dialami saudara-saudara di sekitar kita. Tulisan ini diawali dengan kisah nyata: Sebu

Hukum belajar ilmu gaib

Hukum Menggunakan Ilmu Gaib dan Membawa Azimat Sebelumnya ini adalah sesuai dgn keyakinan dan pengetahuan dari apa yang saya pelajari.Mengingat banyak dalam kajian Agama terdapat Khilaf Fiqih,makaa perbedaan pendapat/pandangan pastilah ada. Para Ulama menyatakan bahwa masalah khilafiyah agar disikapi dengan bijak,dan tidak diperlakukan sebagai hal yang diingkari. Mengamalkan hizib,doa-doa dan memakai azimat pada dasarnya tak lepas dari bentuk ikhtiar manusia sebagai hamba.Yang dilakukan dalam bentuk doa kepada Allah SWT.Dan Allah SWT sangat menganjurkan pada hambanya untuk selalu berdoa kepada-NYA.Ini ditegaskan dalam Firman-NYA: ''Berdoalah kepadaKU,niscaya AKU akan mengabulkan untukmu.(QS AL-Ghafir:60) Ada beberapa Dalil dan Hadist Nabi yang menjelaskan kebolehan ini.Diantaranya adalah :dari Auf bin Malik Al-Asja'i ,yang meriwayatkan bahwa pada jaman jahilliyah ,kami selalu membuat azimat(dan semacamnya)lalu kami bertanya pada Rosullulah''Baga